Angin, apakah tidak ada ketukan hati mengisyaratkan untuk ia tahu bahwa aku sedang memungut cintanya.
Angin, kini aku bermanja dalam kebisuan, karna ku tak mampu ungkap utas kata dari lorong hatiku.
Angin, aku mendambanya seperti belaianmu pada helaian daun cemara itu,
yang aku tatap dan aku rasakan pula hembusanmu di antara rumpun rumput tempatku luruh bersimpuh.
Angin, tak ingin ku diam tapi resah jika ku berucap.
Angin, ku mengadu atas dustaku pada hati yang tak sempat menjadi sempurna,
dikala hati itu menyimpan rasa, biarlah bisikku padamu ini dapat merubah duka menjadi suka.
Angin, tetaplah temaniku walau ku tak bisa lagi menimang cinta dari hati untuk satu hati,
hingga tertutup mataku di akhir penantianku menjemput dan disambut asmara.
Angin, kini aku bermanja dalam kebisuan, karna ku tak mampu ungkap utas kata dari lorong hatiku.
Angin, aku mendambanya seperti belaianmu pada helaian daun cemara itu,
yang aku tatap dan aku rasakan pula hembusanmu di antara rumpun rumput tempatku luruh bersimpuh.
Angin, tak ingin ku diam tapi resah jika ku berucap.
Angin, ku mengadu atas dustaku pada hati yang tak sempat menjadi sempurna,
dikala hati itu menyimpan rasa, biarlah bisikku padamu ini dapat merubah duka menjadi suka.
Angin, tetaplah temaniku walau ku tak bisa lagi menimang cinta dari hati untuk satu hati,
hingga tertutup mataku di akhir penantianku menjemput dan disambut asmara.
*JYP*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar