Jumat, 22 Juni 2012

Angin Itu Aku


sekian lama kau menunggunya 
aku tak jua datang padamu.
kini tanpa kau pinta aku pun 
datang bawa cerita bisikan malam, 
yang tak sempat kusempurnakan 
sebagai bingkisan kerinduanku untukmu.

sejuklah sapaku malam ini 
tanpa kau tau ku tlah membelaimu
dengan desiran yang tak kenal musim,
angin selalu ada jadi pelengkap seperti jiwaku,
 
menatap kerinduan di matamu, beku lantaran 
masa yang terpaut di ujung detak nadiku.
dengarkan sapaku, rasakan belaianku... 
aku disini bersamamu,

kini senyumlah pada angin malam itu
kau akan tau siapa hembusan itu.
itulah aku.

iloeng JYP

iloeng JYP putra Kangean, mencoba bangkit dengan satu acuan kalimat di bawah yang merupakan teorinya sendiri untuk mencapai satu kebijakan pada pola pikirnya, ada balance progresifitas untuk menjamin satu kehidupan yang positif. "dapatkan sejauh apa kau cari tentang kebenaran yang menurut dunia benar,
namun cukup sebatas taulah engkau apa yang menurut dunia salah"

Senin, 18 Juni 2012

Taman Impianku Kuingin Bersua


tak lagi terasa teriknya siang, 
terhalang sejuk manis bayanganmu
meskipun harap selalu mengambang
tiada henti kau terkenang,
jujur hati berkata,
ku ingin bersua 
walau hanya sebatas
pandang yang tak nyata.

hai, kau yang jauh disana
ijinkah kau jika ku petik senyummu tuk ku kecup.

aneh, ku rasakan..
hari-hari tak kudapati tetes bening pemulih lara, 
tuk redam kobar rasa yang berulang kali menyiksa batin.

ku hanya ingin tuk pudarkan rindu
yang kian waktu mengoyak hasrat, 
dilema di ujung asa dan rasa.

hai, taman impianku,
jagalah bungaku disana
agar tak pernah layu 
walau waktu tak sangup menyiramnya,
biarlah hatimu yang menjaga
tuk sejukkan hatiku disini.

Keindahan Pagi


Mata se kelam malam,

menatap mendung dalam kelabu, 

tumpah keemasan warna alam. 

jerah bekas fajar menyingsing.

..memberikan tarian indah mata memandang..


tabuh jiwa, gembira hati..

senyum membekas memekik di keindahan pagi

Potret Dukaku



"setiap kata adalah butir air dari tangisanku 

dan kalimat adalah jeritan luka hatiku.

saat ini diri menangis 

namun hanya terkias rapi 
oleh abjad - abjad usang potret dari dukaku"

Sabtu, 16 Juni 2012

Dengan Satu Nafasku


biarkan aku pergi melangkah 
dengan iringan genderang yang 
melanglang di ujung pundakku
biarkan ku kemas ke gagahanku
bak pangeran pejuang kegelapan.
biarkan kurasakan sengit peraduanku
di ujung satu nafasku.
tak puas hati hingga debaran 
jantung getarkan alam yang congkak, 
menciut padamkan sinaran lautan api.

malam kini ku menantang,
di tengah hembusan seribu hunian malam.
dengan satu nafasku 
takkan ku biarkan setitik bias 
menyela dalam pekat, 
kan ku patahkan sendiri adanya 
dan ku lumat sinar rembulan 
yang coba meronta di kegelapan.

Lihatlah Aku


Enggan aku berucap tentag 
mahkota yang akan kau kenakan.


Sungkan aku jelaskan tentag 
singgasana tak beratap.
-


Biarlah kau dengar tentang 
kopyah para pengemis.


Biarlah kau paham tentang 
gubuk yang kini usang.


Tanpa kau sadari aku 
akan jadikan kau raja dalam 
putaran dan hitungan detik.

Minggu, 03 Juni 2012

Hapuskan Jejak Dari Langkahku

Saat waktu memanggil 
untukku kembali pada jarak,
tergugah hati arungi syahdu dalam fantasi.
,,
enggan hati tuk beranjak 
menimang waktu pada pelukan 
yang kan mengakhiri sua antara kita.

inilah waktu yg mungkin temani
perpisahan hingga akhir aku menghitung
jejak di tiap langkah-langkahku.
dan berlalu......

Ingin ku melepasmu dalam pelukan sebagai
akhir cerita ini, aku, kau.. dan semua tentang kita.

Tidur 1000 Tahun


walaupun aku tidur beribu-ribu tahun lamanya,
sembunyikan jengkel yang tak terangkai,
terlukis bagai siluet..

lagak diri terus bergemecit, mencabik,
merengkuh selaksa ia bukan ruh dari jiwaku.
tiap kali aku mencoba menyulam tiap celah
sayatan dogma itu, tak kan mampu tutupi..
bangkitkan aku dari tidur pulas alam pikirku.

entah... aku tak temukan jalannya.

jangankan...
dengarkan merdu dendang alunan serulingku,
dengarkan jeritan naluriku saja ku cuma
bisa tersenyum dan ku menutup mata.

Aku Bicara

kalao kini aku bicara tentang diri,,
tidak lebih sebagai topeng yang berlagak,
memampang diri bukan jati diri.

Aku bicara atas diri yang kotor,
berbaur dengan fanatik bergengsi.

aku mengoceh atas jiwa,
kisi yang terjerat buaian buih.

aku bicara untuk membunuh,
aku pun bangkit dari hidupku yang terbunuh,
terbunuh oleh sifat diri yang mendogma
mati naluri, menutup jalanku untuk berpikir.